Jumat, 30 Oktober 2015

Tanya Jawab Para Pengikut Perjalanan Mengarungi Dunia Filsafat Ilmu

    Setelah melakukan ujian sebelumnya (hasilnya ada pada refleksi ujian keempat para pengikut perjalanan mengarungi Dunia Filsafat Ilmu), perjalanan ketujuh mengarungi Dunia Filsafat Ilmu pada hari Selasa, 27 Oktober 2015 pukul 11.10 – 12.50 WIB di ruang 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta bersama Bapak Prof. Marsigit dilanjutkan dengan edisi tanya jwab mengenai yang ada dan mungkin ada. Beberapa pertanyaan yang muncul dan pertanyaan dari Bapak Prof. Marsigit saya coba refleksikan dalam tulisan berikut ini:

Test Keempat Para Pengikut Perjalanan Mengarungu Dunia Filsafat Ilmu

      Perjalanan ketujuh pada hari Selasa, 27 Oktober 2015 pukul 11.10 – 12.50 WIB di ruang 305B Gedung Pascasarjana Lama Universitas Negeri Yogyakarta bersama Bapak Prof. Marsigit diawali dengan test filsafat lagi. Test yang menyadarkan para pengikut perjalanan mengarungi dunia Filsafat Ilmu khususnya saya menjadi semakin sadar bahwa saya memang belum mengerti apa-apa mengenai Filsafat Ilmu. Saya masih harus banyak belajar, belajar dan belajar. Masih harus membaca, membaca dan membaca.Refleksi dari test filsafat kemarin adalah sebagai berikut:
 
 
 
 
 

Kamis, 29 Oktober 2015

Validitas dan Reliabilitas

      Pertemuan ke delapan Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan pada hari Selasa, 27 Oktober 2015 di ruang PPG 2 Laboratorium Matematika Universitas Negeri Yogyakarta pukul 07.30 – 10.00 WIB bersama Ibu Dr. Heri Retnawati membahas tentang Validitas dan Reliabilitas. Sebelum membahas tentang validitas dan reliabilitas, ibu Heri membahas kembali mengenai instrument yaitu tentang kisi-kisi. Di dalam kisi-kisi terdapat beberapa komponen yang dapat ditulis yaitu :

Kamis, 22 Oktober 2015

Pertanyaan Para Pengikut Perjalanan Setelah Ujian kedua

      Perjalanan keenam mengarungi dunia Filsafat Ilmu pada hari Selasa, 20 Oktober 2015 di ruang 305B Gedung Pasca Lama Universitas Negeri Yogyakarta bersama Bapak Prof. Marsigit diawali dengan ujian filsafat yang sudah saya refleksikan dan sudah saya upload dalam blog saya. Berikut ini refleksi saya mengenai pertanyaan-pertanyaan dari para pengikut perjalanan beserta jawaban-jawaban dari Bapak Prof. Marsigit.
1)      Terkait dengan menembus ruang dan waktu yang tingkatan-tingkatannya yaitu spiritual, normatif, insting/instuisi, pengalaman tetapi mengapa jawaban ujian filsafat bisa seperti itu? ( Ibu Retno Kusuma Dewi)
Jawaban Bapak Prof.Marsigit :
Berbicara tentang menembus ruang dan waktu berarti berbicara tentang yang ada dan mungkin ada dan berkaitan dengan struktur. Struktur itu banyak dan beragam jenis strukturnya.Contohnya adalah:
·      Siang dan malam yang termasuk struktur dunia (baik manusia, hewan, tumbuhan pun mengalaminya baik secara sadar dan tidak sadar atau faham tidak faham).
·      Atas dan bawah, kanan dan kiri, jauh dan dekat (berfilsafat itu intensif dalam artian sedalam-dalamnya dan ekstensif yang artinya seluas-luasnya)
       Mengidentifikasi semua  struktur yang ada dan mungkin ada tidak akan pernah selesai karena hanya yang istimewa, strategi dan potensiallah yang dipilih. Contohnya adalah pintu, korden, oksigen merupakan senjata tetapi manusia mampu membuat yang lebih efektif, lebih efisien menghasilkan senjata api. Mempelajari filsafat mengenai struktur yang bermanfaat seperti material, formal, normative, spiritual yang lebih efektif dan lebih efisien yang nantinya akan menyadarkan kita.
Sebenar-benarnya hidup adalah hidup yang baik dan sukses (bermilyar-milyar kita sebuktkanpun kita tidak mampu untuk menyebutkan indikator yang mewakili kriteria dari hidup baik dan sukses tersebut). Contoh reduksi di dalam hidup yang baik dan sukses adalah mahasiswa mempunyai laptop, mahasiswa mempunya handphone Samsung, mahasiswa lulus ujian. Di dalam filsafat jika ingin sukses maka yang harus dilakukan adalah sopan dan santun di dalam ruang dan waktu. Sopan dan santun merupakan kriteria filsafat . Kriteria filsafat bukan sesuatu yang tetap tetapi dinamik (antara diam dan tetap). Semua dapat menembus ruang dan waktu , seperti halnya batu yang baru saja menjadi bahan ujian pun bisa menembus ruang dan waktu.
      Yang menjadi permasalahan di dalam hidup ini adalah bagaimana hidup ini memiliki keterampilan untuk menembus ruang dan waktu. Untuk dapat menembus ruang dan waktu itulah dibutuhkan pembendaharaan kata karena sebenar-benar hidup adalah bahasa. Dunia itu adalah kata-kataku, kata-kataku menunjukkan dunia. Jadi berhati-hatilah dalam berkata.  Kata di dalam spiritual artinya adalah do’a. Contoh-contoh hal  yang menembus ruang dan waktu adalah orang pemarah yang termasuk determinis, tingkah laki-laki atau perempuan yang tidak sesuai dengan kodratnya. Berhati-hati dengan ekstensi mengenai suatu batu dengan bilangan. Dua hal yang berbeda karena batu merupakan hal yang di luar fikiran sedangkan bilangan ada di dalam fikiran.
Fungsi test yang diadakan tadi adalah untuk mengadakan yang mungkin ada menjadi ada dan menyadari bahwa sebenarnya aku belum tahu. Jangan bersifat sombong karena sifat sombong (merasa sudah mengerti padahal belum mengerti merupakan sebenar-benarnya musuh filsafat). Memerangi diri sendiri (menyadari bahwa diri ini tidak tahu ) itu lebih berat daripada memerangi orang lain. Orang pertama yang mengemukakan ini adalah Socrates.
2)     Bagaimana filsafat memandang suatu kepercayaan? Contohnya adalah ketidakpercayaan kepada teman. (Evvy Lusiana)
Jawaban Bapak Prof. Marsigit:
Kepercayaan itu terdapat dua jenis yaitu di dalam dan di luar antara subyek dan obyek. Percaya itu dari hati naik ke pikiran sedangkan benar itu dari pikiran turun ke hati. Filsafat itu mencari kepastian dan kebenaran. Kepastian yang tertangkap ruang dan waktu yang salah itulah yang akan menjadi mitos (hanya terbatas yang dapa difikirkan/urusan-urusan dunia). Keyakinan tidak termasuk di dalam mitos.Filsafat  akan membongkar kepastian-kepastian. Filsafat turun dalam psikologi merupakan interaksi hati dan fikiran dan jika diturunkan lagi akan menjadi interaksi fenomena dengan aktivitas.
Adanya aliran tidak percaya atau dunia ketidakpercayaan (skepticism) dipelopori oleh Renedecartes yang bermimpi khusyuk sehingga tidak dapat membedakan mimpi atau bukan. Renedecartes meragukan semua keyakinan sehingga mencari kepastian apa yang sebenarnya dapat dijadikan tonggak. Karena kebingungan Renedecartes antara dunia dan mimpi inilah yang akhirnya memunculkan kepastian yang tidak bisa dibantah yaitu aku sedang bertanya/ memikirkan (itulah yang betul-betul ada).  Seperti kata pepatah Ko kito Orgoso (aku ada karena berfikir). Contoh ketiadaan adalah tidak adanya komen, perwakilan Indonesia yang tidak berbicara di forum Internasional sehingga Indonesia dianggap tidak ada di dunia Internasional, Indonesia tidak mampu membantu negara tetangga yang terkena bencana maka Indonesia dianggap tidak ada.  Sehingga kembali lagi ke dalam pertanyaan bahwa God Father dari keragua-raguan adalah Renedecartes yang percaya dengan semua dalam rangka mencari Tuhan. Filsafat itu ada di dalam diri sendiri. Jadi ketika kemarin percaya dan sekarang percaya itu mungkin saja bisa terjadi, semua itu termasuk makrokosmis dan mikrokosmis. Jadi intinya untuk menghilangkan keragu-raguan dengan beristighfar, dengan doa yang kontinu serta valid (sesuai dengan tata cara dan adab berdoa).