Jumat, 15 Januari 2016

Hasil Akhir Perjalanan Dunia Filsafat Ilmu



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Segala kehidupan yang terjadi di dalam hidup ini, segala aktivitas, segala perbuatan, segala tindakan yang dilakukan oleh manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya berfikir. Berfikir merupakan salah satu hal keistimewaan yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.  Manusia berfikir menggunakan akal. Akal inilah yang  merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yang tidak diberikan kepada makhluk ciptaan lainNya.
     Akal yang diberikan oleh Tuhan inilah yang akan menjadi perantara bagi manusia untuk dapat merubah dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari awalnya yang tidak faham menjadi faham, dari yang awalnya mungkin ada menjadi ada. Dengan akal pula, manusia juga dapat membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang benar, mana yang salah. Semua akan menjadi sebuah kesempurnaan (walaupun kesempurnaan sejatinya hanya milik Tuhan) jika diimbangi dengan hati yang ikhlas. Fikiran atau akal yang jernih tidak akan pernah terlepas dari hati yang baik dan ikhlas.
     Berbicara mengenai akal maka tidak akan terlepas dari filsafat. Inti dari filsafat adalah olah fikir.  Olah fikir mengenai semua yang ada maupun yang mungkin ada di dunia in. Memang tidak akan pernah habis jika kita membicarakan tentang filsafat karena “semilyar pangkat semilyarpun kita tidak akan pernah mampu untuk menyebutkannya”. Itulah salah satu kalimat andalan di dalam filsafat. Untuk lebih mengetahui dan memahami filsafat maka penulis mencoba berbagi ilmu, berbagi pengalaman yang didapatkan selama satu semester mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu bersama Bapak Prof.  Dr. Marsigit, M.A. Makalah ini baru berisi beberapa hal yang penulis di dapatkan. Karena tidak akan pernah selesai jika penulis menuliskan semuanya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian filsafat?
2.      Apakah objek filsafat?
3.      Apakah jenis, macam atau ilmu-ilmu tentang filsafat?
4.      Apakah tujuan dan manfaat filsafat?
 C.     Tujuan Penulisan
1.    Memenuhi syarat Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Filsafat Ilmu
2.    Mempelajari dan mengetahui pengertian filsafat
3.    Menambah pengetahuan baru mengenai filsafat
4.    Mengetahui apa objek, tujuan, manfaat serta macam atau jenis filsafat serta ilmu-ilmunya
D.    Pembatasan Masalah
Dalam hal ini, akan dibahas mengenai filsafat tetapi penulis lebih menfokuskan tentang filsafat matematika. Filsafat matematika yang nantinya lebih fokus mengenai apa yang penulis dapatkan baik ilmu maupun pengalaman selama satu semester mengikuti perkuliahan Filsafat Ilmu bersama Bapak Prof. Dr. Marsigit, M.A di Pascasarjana Pendidikan Matematika Kelas A Universitas Negeri Yogyakarta.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat
Filsafat secara umum adalah olah fikir. Olah fikir yang tidak hanya melibatkan akal atau fikiran, tetapi juga melibatkan hati. Belajar mengenai filsafat memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan bagi orang-orang awam pada umumnya. Belajar filsafat membuat kita tahu bahwa ternyata di dunia ini masih banyak hal-hal yang tidak kita ketahui. Masih banyak ilmu lain yang ternyata beraneka ragam.Khusus di dalam makalah ini, penulis mengungkapkan tentang filsafat matematika, lebih khusus lagi mengenai filsafat pendidikan matematika.Filsafat pendidikan matematka tentu berbeda dengan filsafat ilmu lainnya. Secara filsafat, matematika dibagi menjadi tiga, yaitu :
1)      Aritmetik
Menggambarkan tentang waktu
2)      Geometri
Menggambarkan tentang ruang
3)      Interaksi, gabungan atau variasinya
     Contoh yang biasa digunakan untuk menggambarkan perbedaan tersebut adalah contoh operasi bilangan seperti yang biasa diajarkan di sekolah. Misalnya saja 2 + 3 = 5. Di dalam dunia filsafat pendidikan matematika itu pasti hal yang benar karena sudah sesuai dengan kaedah atau teorema yang ada. Sedangkan di dalam dunia filsafat ilmu itu belum tentu benar karena kita belum mengetahui isi dari masing-masing wadah tersebut. Bilangan 2, 3 dan 5 di atas di dalam filsafat merupakan wadah. Sedangkan isinya belum kita ketahui. Misalkan saja isi dari 2 adalah ayam, sedangkan isi dari 3 adalah kelinci. Maka 2 ayam ditambah dengan 3 kelinci hasilnya tidak akan menjadi 5 ayam, 5 kelinci ataupun 5 ayam kelinci. Itulah mengapa di dalam dunia filsafat ilmu, 2 + 3 = 5 belum tentu benar.
     Di dalam dunia filsafat, tidak terlepas dari namanya wadah dan isi, serta ruang dan waktu. Semua yang dibicarakan, semua yang difikirkan dan semua yang dilakukan harus sesuai dengan wadah, isi, serta ruang dan waktu yang ada. Di dalam dunia filsafat juga sebenarnya tidak mengenal benar atau salah. Sesuatu dikatakan benar jika sesuai ruang dan waktu, sedangkan dikatakan salah jika tidak sesuai dengan ruang dan waktu.
     Di dalam dunia filsafat juga mengenal adanya ada, mengada dan pengada. Ada itu berkaitan dengan subjek misalnya guru, mahasiswa, ilmuwan. Sedangkan mengada adalah hal yang  membuat subjek itu ada, misalnya seorang guru akan dianggap ada jika mereka mengajar, membuat tulisan-tulisan seperti karya ilmiah, hasil penelitian, jurnal dan tulisan-tulisan lainnya. Sedangkan pengada merupakan hasil dari mengada tersebut, yang menjadi bukti nyata untuk membuat seseorang itu benar-benar ada seperti karya ilmiah, jurnal, skripsi, hasil penelitian dan masih banyak lagi.
B.     Objek Filsafat
     Objek adalah suatu hal yang berkenaan dengan apa yang menjadi sasaran atau tujuan dari hal yang dilakukan oleh subjek. Secara umum, objek filsafat ada dua, yaitu :
1)      Yang ada
2)      Yang mungkin ada
     Dari yang ada dan yang mungkin ada tersebut jika dilihat dari sudut pandangnya terbagi menjadi 5 jenis, yaitu :
1)      Ada bagi diriku tetapi tidak ada bagi dirimu
Artinya suatu hal yang diketahui oleh diri kita namun tidak diketahui oleh orang lain.
2)      Ada bagi dirimu tetapi tidak ada bagi diriku
Artinya suatu hal yang diketahui oleh orang lain namun tidak diketahui oleh diri kita.
3)      Adaku bisa menjadi mungkin ada bagimu
Artinya suatu hal yang diketahui oleh diri kita dapat pula diketahui oleh orang lain.
4)      Adamu bisa menjadi mungkin ada bagiku
Artinya suatu hal yang diketahui oleh orang lain dapat pula diketahui oleh diri kita.
5)      Ada untuk diriku dan ada untuk dirimu
Artinya suatu hal yang dapat diketahui oleh diri kita dan orang lain.
C.     Macam, Jenis dan Ilmu-ilmu Filsafat
     Berbagai macam jenis filsafat ilmu yang ternyata selama ini belum kita ketahui. Filsafat ilmu sesuai dengan bidang yang akan dipelajarinya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
·         Realisme                 : Filsafat yang obyeknya di luar pikiran
·         Idealisme                : Filsafat yang obyeknya di dalam pikiran
·         Rasionalisme           : Filsafat yang dibangun berdasarkan rasio
·         Empirisme               : Filsafat yang dibangun di atas pengalaman
·         Absolutisme            : Filsafat dimana nilai kebenarannya bersifat mutlak
·         Koherentisme         : Filsafat dengan nilai kebenaran koheren
·         Naturalisme            : Filsafat dengan obyek benda-benda alam
·         Skeptisisme             : Filsafat yang berlandaskan keraguan
·         Transendentalisme  : Filsafat yang mempelajari logika para Dewa
·         Materialisme           : Filsafat yang hakekatnya adalah materi
·         Teleologi                 : Filsafat yang mengatasi segala ramalan dan prakiraan
·         Analitik                   : Nama lain Filsafat Bahasa
·         Filsafat Alam          : Filsafat pertama
·         Reduksionisme       : Filsafatnya hidup adalah pilihan (memilih)
·         Utilitarian               : Filsafat yang kebenarannya berdasar asas manfaat
·         Hedonism               : Filsafat yang hanya mengejar kenikmatan dunia
·         Kapitalisme             : Filsafat yang dibangun berdasarkan asas Permodalan
·         Individualtism        : Filsafat yang berdasarkan kriteria diri
·         Obyektivisme         : Filsafat yang kebenarannya memerlukan konfirmasi orang lain
·         Foundationalisme   : Filsafatnya yang menggunakan permulaan
·         Intuitionisme          : Filsafatnya yang tidak menggunakan permulaan
·         Infinite regress        : Filsafatnya yang tidak mau berhenti
·         Tuhan                      : Kausa Prima
·         Induktionisme        : Filsafatnya dari khusus menuju umum
·         Nihilisme                : Filsafat yang berkaitan dengan ketiadaan
·         Monism                   : Filsafat dimana yang ada adalah “satu”
·         Dualisme                 : Filsafat dimana yang ada adalah “dua”
·         Pluralisme               : Filsafat dimana yang ada adalah “banyak”
     Sedangkan khusus di dalam filsafat pendidikan matematika, terdapat berbagai tokoh yang mengemukakan tentang pengertian matematika sesuai dengan bidangnya, diantaranya yaitu :
·         Thales (Matematika adalah ilmu tentang bicara)
·         Plato (Matematika yang bersifat abstrak)
·         Pythagoras (Matematika adalah ilmu yang koheren, bilangannya dapat mengatur alam, dalil Pythagoras adalah yang paling terkenal)
·         Aristoteles (Matematika adalah hal yang konkret, postulat dan aksioma merupakan landasan)
·         Euclides (Matematika yang ciri utamanya adalah geometri)
·         Bacon, Locke, Berkely dan Hume (Matematika adalah persoalan konkrit dalam kehidupan sehari-hari, bersifat empiris)
·         Rene Descartes (Matematika berada dalam fikiran, dan biasanya dianggap sebagai anak rasionalism)
·         Immanuel Kant (Matematika bersifat sintetik a priori)
·         Leibniz, Frege dan Russell (Matematika adalah logika, contohnya adalah kalkulus)
·         Brouwer (Matematika yang berlandaskan intuisi)
·         Lakatos (Matematika yang berdasarkan pengamatan)
·         Hilbert (Matematika yang lebih mementingkan kepada sistem)
·         Wittgenstein (Matematika yang berwujud bahasa)
·         Ebutt dan Strakker (Matematika yang utama mengenai pola-pola dan relasi)
·         Lobachevski (Matematika yang bidangnya mengenai kurva-kurva lengkung)
D.    Tujuan dan Manfaat Filsafat
Berbagai tujuan dan manfaat yang penulis rasakan dan dapatkan selama satu semester mengikuti perkuliahan filsafat ilmu bersama Bapak Prof. Dr. Marsigit, M. A ini. Adapun tujuan dan manfaat yang didapatkan sebagai berikut:
1)      Tujuan Filsafat
a.    Untuk mengingatkan kepada manusia bahwa di dunia ini terdapat banyak ilmu bk yang ada maupun yang mungkin ada yang belum kita ketahui dan kita fahami.
b.    Untuk mengajarkan kepada manusia untuk berfikir lebih kritis dengan fikiran yang jernih dan hati yang ikhlas.
c.    Untuk mengingatkan kepada manusia untuk terus berusaha, berdoa, beristigfhar, memohon ampun dan menyebut nama Tuhan.
2)      Manfaat Filsafat
a.       Membuat kita tahu bahwa ternyata masih banyak ilmu-ilmu Tuhan di luar sana yang belum kita ketahui dan fahami.
b.      Membuat kita sadar bahwa ternyata kita masih kecil di hadapan Tuhan, masih belum ada apa-apanya.
c.       Membuat kita sadar untuk tidak sombong, tidak serakah, tidak cepat merasa puas dengan apa yang kita miliki.
d.      Membuat kita selalu sadar bahwa hidup ini terus berjalan, jangan berhenti berusaha, berdoa, beristighfar, memohon ampun dan menyebut nama Tuhan. Karena kehidupan manusia tidak akan berarti apa-apa kecuali dengan pertolongan dan kehendak Tuhan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu tentang olah fikir. Olah fikir dari semua yang ada di dunia ini. Baik yang ada maupun yang mungkin ada yang semilyar pangkat semilyarpun kita tidak akan mampu untuk menyebutkannya. Ilmu-ilmu dalam filsafat memiliki ciri khas, kelebihan dan kekurangan manusia. Belajar di dalam filsafat berarti kita harus belajar sesuai dengan ruang dan waktu yang ada serta wadah dan isi. Filsafat juga tidak terlepas dari ada, mengada dan pengada.
B.     Saran
1)      Jangan pernah berhenti untuk berfikir dan membaca, karena dengan berfikir dan membaca akan membuat kita lebih memaknai dengan apa yang ada di dunia ini.
2)      Jangan pernah merasa sombong, merasa puas merasa cukup dengan apa yang dimiliki., karena pada hakekatnya manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu dengan ketidaksempurnaan dan keterbatasan yang dimilikinya itulah manusia diharapkan untuk terus berusaha, berfikir, dan berdo’a.