Minggu, 27 September 2015

Perjalanan Ketiga "Antusiasme dan Partisipasi Para Pengikut Perjalanan"

   Perjalanan ketiga mengarungi dunia filsafat ilmu pada hari Selasa, 22 September 2015 pukul 11.10 – 12.50 WIB di ruang 305 B Gedung Lama Pascasarjana UNY kali ini lebih menuntut para pengikut perjalanan untuk ikut berpartisipasi . Berpartisipasi dalam artian aktif bertanya kepada Bapak Marsigit mengenai pertanyaan apapun itu. Sesuai dengan tugas harian yang sudah menjadi kewajiban bagi para pengikut perjalanan untuk mengerjakan yaitu komen blog dan membuat minimal satu kali pertanyaan dalam satu kali pertemuan. Ada beberapa pengikut perjalanan yang memang berpartisipasi aktif dengan pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa. Berikut inti pertanyaan serta jawaban dari Bapak Marsigit selaku dosen dan pemimpin dalam perjalanan mengarungi lebih dalam dunia Filsafat Ilmu.
Keterangan      :
  • P          : Inti pertanyaan dari pengikut perjalanan
  • J           : Jawaban dari Bapak Marsigit
1)      P   : Bagaimana filsafat memandang murid-murid sekarang yang senang dengan budaya instant ? (Retno Kusuma Dewi)
J      :Kunci dari pertanyaan yaitu filsafat sampai ke siswa merupakan pertanyaan yang   meluncur terlalu tajam, tetapi memiliki pantulan yang menarik untuk dibahas. Budaya instant dapat dilihat di www.uny.akademia-edu.com yang berjudul Narasi Besar Ideologi dan Politik Pendidikan hanya berisi powerpoint selama 5 menit yang intinya di dalamnya diuraikan dari Zaman Yunani hingga Zaman sekarang, ditarik benang merahnya sehingga ada rasional atau penyebab terjadinya budaya instant. Budaya instant yang ada sekarang ini menganut pemikiran jika ada yang mudah, kenapa cari yang sulit (pemikiran pertama). Kemudian ada pemikiran kedua yaitu jika bisa mnegerjakan yang sulit kenapa mengerjakan yang mudah. 2 hal yang berbeda ini jika dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka dampaknya pada dunia akherat. Sedangkan menurut psikologi, kita identifikasi 2 hal tersebut dilihat dari keadaan atau sisi pelaku/ orangnya
Untuk  keadaan pemikiran yang pertama dapat diidentifikasikan:

·         Tidak mau berjuang             
·         Nyaman di zona nyaman
·         Tidak meningkatkan diri
·         Motivasi kurang
·         Depensif
·         Tidak kreatif

Semilyar pangkat semilyar pun tidak mampu untuk meyebutkan semuanya.
Sedangkan untuk identifikasi pemikiran kedua adalah :

·         Kreatif
·         Cerdas
·         Pekerja keras
·                  Ingin berkembang
·                  Skill tinggi
·                  Motivasi banyak

     Sehingga sebenar-benarnya hidup adalah interaksi antara pemikiran pertama dan pemikiran kedua. Hidup yang baik adalah hidup yang berjalan dari pemikiran pertama ke pemikiran kedua.

2)      P   : Bagaimana pendapat filsafat mengenai penciptaan alam semesta yang tercipta dengan  sendirinya    tanpa campur tangan dari Tuhan ? (Heru Tri Novi Rizki)
J   : Pertanyaan di atas sama halnya dengan pertanyaan bagaimana pandangan agama tentang teori evolusi Darwin yang mengatakan bahwa nenek moyang kita adalah monyet. Orang beragama apapun percaya bahwa neneng moyang kita adalah manusia. Nabi Adam AS adalah manusia pertama. Teori Evolusi Darwin merupakan hukum sebab akibat. Seperti contoh setiap hari manusia belaajr terbang secara terus menerus selama masa hidupnya dengan harapan suatu saat manusia bisa terbang. Contoh di atas merupakan contoh teori Immanuel Kant yaitu teori Pengembangan Potensi (segala macam perkiraan masa depan). Kembali pada teori Evolusi bahwa dasar filsafat adalah segala sesuatu mengalami perubahan. Tidak ada di dunia ini yang tidak mengalami perubahan (separuh dunia), sedangkan separuh dunia yang lain adalah segala sesuatu itu bersifat tetap. Masing-masing memiliki tokoh sendiri. Perubahan (Decardes) dan tetap (Heraclitos). Sehingga sebenar-beanrnya hidup adalah interaksi antara yang tetap dan tidak tetap (berubah). Contohnya adalah diri kita, sampai sebelum dunia kiamat kita adalah ciptaan Tuhan (tetap), sedangkan kondisi kita sekarang dengan semenit yang lalu, sebulan bahkan bertahun-tahun yang lalu pasti berbeda, mengalami pergeseran (berubah). Di dalam filsafat yaitu tingkatan spiritual mengenal kebenaran absolute yaitu Tuhan. Dan agama mempunyai dogma yaitu suatu bulatan utuh yang harus dilaksanakan. Contohnya adalah kitab suci (tidak ada yang berani mengotak atik), nenek moyang kita adalah Nabi Adam AS (yang dapat dipelajari keluarga, anak istrinya). Boleh saja seseorang membuat teori, tetapi harus dengan dasar yang jelas. Seperti contoh yang mungkin dengan percobaan tikus yang diberi radiasi nuklir yang lama kelamaan bisa menjadi kelinci. Layaknya dari zaman penciptaan alam sampai dengan zaman sekarang radiasi nuklir dapat mempengaruhi jenis perilaku manusia.
Jika dilihat dari sisi agama hasilnya adalah final. Beda kultur, beda juga budayanya.
Budaya Barat
Budaya Timur
  • Didominasi agama sehingga berfikir final
  • Berfikir terbuka di belakang (open ended) secara scientific
  • Ontologi gerak, jika orang Islam pergi ke masjid, Kristen pergi ke gereja
  • Mengandalkan pikiran saja
  • Masyarakat tertutup (Orang yang bijaksana adalah orang yang memberi )
  • Masyarakat terbuka (orang yang bijaksana adalah orang yang mencari ilmu)
      Sehingga hakekatnya dalam dunia ini adalah perjalanan dari barat menuju timur sehingga nanti akan bertemu dengan Imam Ghozali. Satu pelajaran penting. “Jika engkau ingin bertemu Tuhan, jangan hanya difikirkan tetapi kerjakanlah”. Contoh nyatanya adalah ketika zaman mengajar S1 dulu, Bapak Marsigit kedatangan tamu dari universitas terkemuka di Amerika. Tamu tersebut bertanya kepada bapak mengenai kebiasaan beliau yang selalu berdoa dalam pembelajaran Matematika, dia bingung apa hubungannya Matematika dengan doa. Bapak Marsigit menanyakan apakah dia percaya dengan Tuhan, ternyata tamu yang sudah berumuran 60 tahun tersebut mengatakan belum karena dia belum tahu, dia mau berusaha melakukan kegiatan setelah faham. Dari sini Bapak Marsigit menemukan ketidakkonsistenan tamu tersebut dengan omongannya. Bapak kembali bertanya : “ Apakah sebelum ke sini, kamu sudah tahu akan bertemu dengan saya ?”, ternyata jawabannya tidak. Ternyata berfikir itu mudah tapi kenyataan yang terjadi tidak konsisten. Itulah mengapa jangan hanya mengandalkan fikiran saja, tapi gunakan juga hati. Di dunia luar sana khususnya internasional (percaya atau tidak adanya Tuhan sama-sama mendapatkan hak, sama-sama dapat mengiklankan, liberal absolut), jika iman kita tidak kokoh, tidak kuat maka fikiran kita, kekuasaan kita akan habis.
3)      P   : Dari penjelasan dogma yang berarti bulatan yang langsung diterima secara utuh,bagaimana dengan Teori Big Bang yang langsung dipercaya, diterima banyak orang dan juga dipublikasikan ? (Ricky Antonious Leohani)
J    : Teori dapat terkenal, dikarenakan :
·         Teori ditulis
·         Dipublikasikan
·         Ada sponsorship/dihidup-hidupkan
·         Memang ada manfaat
    Seperti contoh orang ke Jakarta membuang motor. Kenapa harus dibuang, jika motor bisa digunakan untuk pergi ke statsiun atau bandara, Begitu juga dengan teori Big Bang, bermanfaat pada level tertentu tetapi jika sudah menyentuh ranah akidah, kenyakinan maka harus mempunyai keyakinan tersendiri. Orang yang berfikir liar, tanpa batas termasuk kesombongan yang luar biasa. Seharusnya setinggi apapun ilmu, secerdas apapun ilmu yang kita dapatkan, sumbangkan. Belajar filsafat harus menetapkan hati sesuai koridor. Jika mendapatka teori-teori seperti itu, anggap sebagai pengetahuan bukan sebagai keyakinan.
          Sifat yang ada dalam filsafat adalah yang ada dan mungkin ada. Semua yang engkau fikirkan (wadah), semua yang engkau sebutkan baik yang ada maupun yang mungkin ada (isi). Sejatinya dunia itu berstruktur, ada wadah, ada isi. Contohnya adalah hitam. Hitam menajdi isi dari wadah yaitu rambut. Rambut menjadi isi dari wadah yaitu kepala. Kepala menjadi isi dari wadah yaitu tubuh. Wadah dan isi yang berpangkat-pangkat itu nantinya akan menjadi satu yaitu kuasa Tuhan (Tuhan yang Esa).
          Dalam dunia filsafat ada istilah fatal dan fital. Fatal adalah akherat dan fital adalah dunia. Sehingga sebenar-benar hidup adalah interaksi antara fatal dan fital. Fatal dengan pasrah kepad     a Tuhan (berdo’a) dan fital dengan berikhtiar semampu mungkin. Berikhtiarlah seakan-akan kamu masih akan hidup 1000 tahun lagi, dan berdoalah seakan kamu akan masti besok. Berkaitan dengan sifat yang ada, sifat itu ada di dalam fikiran dan di luar fikiran. Di dalam fikiran menyangkut yang tetap dan tunggal. Sedangkan di luar fikiran menyangkut yang banyak dan berubah.Contohnya di dalam fikiran seorang laki-laki wanita itu hanya satu jika diturunkan adalah istri. Tapi contoh penampilannya yang banyak yaitu ada dimana-mana misalnya ketika di rumah, ketika di kantor, ketika lewat, ketika memasak dan masih banyak lagi.
4)      P   : Berkaitan dengan takdir, ada takdir yang tidak dapat diubah. Salah satunya adalah  kematian. Kematian ada berbagai cara diantaranya bunuh diri, dibunuh, kecelakaan dan  lain-lain. Khusus untuk bunuh diri, apakah itu sudah merupakan takdir ? dalam agama khususnya Islam, bunuh diri itu dosa. Berarti apakah amal yang selama ini dilakukan itu sia-sia ? (Atik Lutfi Ulin Ni’mah)
J    : Cara pandang itu berdimensi, yang dipandang pun berdimensi. Mengenai spiritual sudah dibahas   sendiri mengeni dosa dan tdaknya. Tetapi melalui cara pandang filsafat tidak  cukup sanpai disitu. Dalam filsafat ada dua macam pengertian takdir , yaitu :
1.      Takdir adalah sesuatu yang sudah terjadi (fikiran manusia), sedangkan naik level pengertiannya tidak hanya terbatas pada yang sudah tetapi juga akan terjadi.
2.      Takdir adalah sesuatu yang sudah terjadi. (pengertian ini lebih baik)
       Dalam bahasa filsafat takdir adalah fatal dan ikhtiar adalah fital. Contoh takdir yang sudah pokok atau tidak dapat diubah adalah kelahiran, jodoh dan kematian. Ketiganya memiliki tingkatan yang sama, sehingga jangan bermain –main dengan jodoh atau jangan mempermainkan jodoh karena akan menderita kesengsaraan atau kesdihan yang setara dengan kematian. Hidup manusia tidak bisa terlepas dari takdir, manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia harus berikhtiar. Sejatinya hidup itu adalah pilihan, tetapi yang memilih adalah Tuhan (Aliran Reduksionisme). Seperti contoh setiap kata yang kita ucapkan merupakan kata-kata pilihan. Pikiran atau kata yang ada di dalam otak kita banyak sekali (paralel) yang ingin diucapkan, tetapi mulut kita hanya satu, sehingga ketika kita berbicara maka apa yang kita ucapkan merupakan kata-kata terpilih (seri), Jika kita mampu mengucapkan semuanya bersamaan maka kita tidak akan faham dengan apa yang kita ucapkan.
5)      P   : Mengenai penjelasan bahwa dalam fikiran, istri itu hanya satu. Bagaimana dengan  poligami,          apakah dalam fikiran hanya tetap satu atau sudah berkembang menjadi 4, atau bagaimana ? (Ricky Antonious Leohani)
J      : Dari sisi filsafat, ini disebut dengan level pemahaman. Pikiran hanya ada satu yaitu istri yang berperan sebagi wadah (jika disebutkan bermilyar-milyar pun tak mampu menyebutkan). Kemudian ada 4 istri itu merupakan isi.
6)      P   : Manusia memang tidak bisa mencapai kesempurnaan, bagaimana dengan motivator yang berusaha mencapai kesempurnaan ? (Azmi Yanianti)
J      : Jangan salah faham dahulu, segala sesuatu yang ada di dunia ini berpasang-pasangan. Contohnya diriku ini adalah tesis sedangkan semuanya yang selain diriku adalah antithesis. Ketetapan yang sudah dibuat itu adalah tesis sedangkan ikhtiar yang kita lakukan itu antitesisnya. Ritual itu merupakan tesis dan potensi itu adalah antitesisnya. Jadi seorang motivator itu mengubah ritual-ritual manusia agar menjadi potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Sehingga sebenar-benarnya hidup adalah berkembangnya suatu potensi dari yang ada menjadi pengada melalui mengada. Segala sesuatu akan berubah jika diikhtiarkan ke atas melalui spiritual yang berujung dengan kunci perubahan yaitu keikhlasan. Contoh nyata yang ada di dalam ruangan adalah terjadinya kaca yang ada di dalam ruangan (keikhlasan). Berawal dari bahan mentah, proses pembuatan, proses distribusi, driver, tukang merupakan contoh keikhlasan yang merupakan isi dari terjadinya kaca tadi. Sehingga bermilyar-milyar dipangkat semilyarpun kita tidak mampu menyebutkannya.
7)      P   : Bagaimana mensinkronkan antara yang ada dalam fikiran dan yang ada dalam hati sehingga tidak akan menimbulkan penyesalan ? (Fitriyani)
J      :Sesungguhnya apa yang terjadi di hidup ini adalah kontradiksi. Manusa tidak dapat menghindarinya. Kontradiksi ada dua macam yaitu kontradiksi produktif dan kontradiksi kontraproduktif. Semakin rendah posisi (predikat) maka semakin tinggi kontradiksi sehingga semakin ke atas maka semakin tinggi posisi sehingga tidak akan ada kontradiksi yaitu kekuasaan Tuhan. Contoh kontradiksi yang ada dalam diri manusia adalah pertarungan antara oksigen dan darah merah yang menghasilkan panas serta keringat yang berguna bagi pertumbuhan manusia. Sebisa mungkin dengan brbagai macam kontradiksi yang ada jangan sampai turun ke hati. Karena sesungguhnya kontradiksi di dalam hati berasal dari syetan. Sehingga jika kita ingin menghilangkan keraguan, penyesalan, rasa susah kita kembalikan sepada sang pemilik syetan yaitu ALLAH SWT. Kita meminta pertolongan ALLAH SWT dengan berdoa. Dan setinggi-tinggi do’a adalah dengan memanggil namaNya. Semilyar dipangkat semilyar kita memanggil namaNyapun terkadang belum mampu membuat doa kita sampai kepada ALLAH SWT. Jadi jangan bosan, jangan gampang menyerah untuk selalu memanggil nama ALLAH SWT. Karena di akhir nanti kita tidak akan menyesal dengan apa yang kita dapatkan yaitu kebahagiaan dunia dan akherat.
   Banyak sekali pengetahuan-pengetahuan baru mengenai dunia filsafat yang dapat saya ketahui. Ternyata banyak sekali pertanyaan yang berada si sekitar kita yang berhubungan dengan filsafat. Semangat untuk pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Jangan malu bertanya, karena akan ada manfaat dari pertanyaan-pertanyaan yang kamu tanyakan. Semangat menuju perjalanan selanjutnya…^_^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar