Minggu, 13 September 2015

Titik Dasar Perjalanan Mengarungi Dunia Filsafat Ilmu

Di ruang kuliah 305 B Gedung lama pada hari Selasa, 8 September 2015 pada pukul 11.00 - 12.50 WIB dimulailah perjalanan saya menyelami dunia filsafat ilmu pada perkuliahan pascasarjana ini bersama Bapak Marsigit. Pertama mendengar mata kuliah filsafat mengingatkan saya kepada pengalaman saat mendapatkan materi filsafat ilmu pada saat kuliah s1 dulu. Bahasa yang terlalu tinggi, pemahaman saya yang tidak cepat menyerap kata-kata yang digunakan membuat saya menjustice bahwa mata kuliah filsafat itu sulit dan hanya untuk orang-orang tertentu yang sudah memiliki tingkat pemahaman lebih tinggi.
Namun semenjak hari Selasa itu, dimulai dengan kedatangan beliau, bapak Marsigit yang sudah berfilsafat mengenai fenomena melongoknya seorang dosen dan bertanya melalui depan pintu. Itu sebenarnya hal yang tidak sopan tetapi karena dilakukan oleh seorang dosen (orang yang lebih tua) itu menjadi hal yang tidak salah. Berlanjut dengan kesantaian beliau yang tidak membawa tas ataupun perlengkapan mengajar beliau seperti laptop atau buku. Hanya dengan selembar kertas yang dia bahwa. Hal pertama yang terfikirkan oleh saya, bagaimana proses belajar yang akan kita laksanakan bersama nantinya.
Perkuliahan perdana filsafat ilmu ini memang memberikan kesan tersendiri bagi saya. Berbagai dobrakan baru dilakukan oleh bapak Marsigit dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam perkuliahan ini. Berbagai dobrakan yang berbeda dengan dosen-dosen lainnya. Diantaranya posisi tempat duduk yang dibuat sedekat mungkin dengan dosen memberikan nuansa kedekatan sendiri bagi saya terhadap dosen. Kedekatan dalam artian lebih mudah untuk mendengarkan, memperhatikan dan memahami apa yang disampaikan dosen. Kemudian teknis pembelajaran dengan merekam apa yang dijelaskan oleh dosen melalui handphone yang dimiliki masing-masing siswa, memberikan makna tersendiri juga. Membuat kita lebih fokus dengan apa yang dibicarakan dosen dan yang terpenting di manapun dan kapanpun saya dapat mendengarkan rekaman tersebut. Memang benar sesuai dengan penjelasan bapak Marsigit, dobrakan-dobrakan yang dilakukan akan memberikan manfaat-manfaat seperti :
  1. Keluar dari kurungan 
  2. Fleksibel dengan keadaan yang ada seperti ibarat kendaraan mau ke kanan, ke kiri, maju, mundur sudah terasa nyaman
Sebelum mengarungi filsafat ilmu lebih dalam, yang paling penting kita harus tahu sebenarnya filsafat itu apa dan apakah sama antara filsafat dan filsafat ilmu. Filsafat adalah oleh pikir. Oleh pikir mengenai sumber-sumber, bagaimana pembenaran dan logika, apa saja subjeknya, apa saja obyeknya, bagaimana tata cara, etik, estetika, menurut siapa, kapan dan di mana. Terdapat 3 aspek dalam filsafat, yaitu :
  1. Ontologi (membahas mengenai hakikatnya)
  2. Estimologi (membahas mengenai metodologinya)
  3. Estetika (membahas mengenai fakta sah, benar atau salahnya, baik buruknya)
Mengenai filsafat ilmu lebih kepada estimologi atau metodologinya. Namun pada dasarnya antara ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Terkait dengan perkuliahan filsafat ilmu ini, ada hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai kesuksesan, yaitu :
  1. Tata cara. Sebelum lebih jauh membahas mengenai filsafat ilmu. Kita pelajari terlebih dahulu mengenai filsafat, baru kemudian mempelajari ilmu. Secara dimensi, filsafat dibagi dua yaitu hard dan soft. Untuk tingkatan terendah yaitu hard dan tingkatan tertinggi adalah soft. Tingkatan soft sendiri dimulai dari spiritual, keihlasan dan tingkatan paling tinggi yaitu sampai batasan dimana kita benar-benar tidak tahu. Jadi intinya koridor dasar atau adab paling utama dalam kita mempelajari filsafat yaitu spiritual. Spiritual yang ditambah keyakinan serta niat akan menjadi pagar dalam belajar filsafat. Selain itu, sebab akibat yang utama dalam belajar filsafat adalah Tuhan Yang Maha Esa. Jadi jangan lupalah untuk selalu berdoa bukan hanya sekedar menggunakan logika.
  2. Sambil belajar sambil mematangkan diri dari aspek psikologi. Psikologi yang dimaksud di sini adalah kesabaran, ketelatenan, keuletan, dan daya juang. Berhubung kita belajar filsafat ini pada tingkatan usia kita yaitu tingkatan dewasa, maka sesuai psikologi belajar orang dewasa, sebagai mahasiswa kita harus berani bertanggung jawab atas segala perbuatan. Sedangkan jika ditinjau dari psikologi keilmuan, hal yang perlu kita lakukan adalah merubah mindsheet. Kita mulai berfikir bahwa belajar tidak hanya sekedar kita menerima materi, tetapi belajar itu membangun, belajar itu adalah bagian dari kehidupan (ada awal, ada akhir, ada aktivitas, ada tegur sapa, ada vitamin, ada yang sehat, ada juga yang kurang sehat).
Metode belajar filsafat ini adalah open ended, tidak ada referensi khusus. Semua referensi bisa digunakan baik yang ada maupun tidak ada. Laboratorium filsafat yang dapat kita gunakan adalah alam semesta ini beserta isinya, akherat serta alam kubur.  Prinsip belajar filsafat pada perkuliahan ini adalah anywhere, anytime dan continually. Jadi belaajr filsafat tidak hanya terbatas pada saat kita kuliah di dalam kelas saja. Kuliah di dalam kelas hanya sebagian kecil cara kita lebih bisa memahami filsafat. 
Inti dari belajar filsafat adalah membaca. Membaca tidak hanya sebatas buku. Diri kita sendiri juga dapayt menjadi bacaan bagi orang lain, semua memiliki makna masing-masing. Setinggi-tingginya kitabelajar  berfilsafat adalah merefleksikan apa yang sudah  kita baca. Alat yang digunakan untuk mepelajari filsafat adalah bahasa analog. Bahasa analog dapat berupa spiritual, do'a, perasaan yang ujung-ujungnya nanti akan lari ke hati. Sehingga dapat dikatakan belajar filsafat berarti belajar mengolah hati. Mengolah hati dalam artian apa yang dipelajari, apa yang difikirkan tidak hanya terpusat pada akal saja, gunakan hati untuk menerima dan memahami semuanya.
Secara psikologi atau umum, kompetensi-kompetensi yang penting dalam mempelajari filsafay yaitu :
  1. Niatkan diri (perbarui niat)
  2. Sinkronkan antara kegiatan dan tindakan
  3. Tambahkan pengetahuan dan imu (diskusikan dan kemudian refleksikan)
  4. Carilah keterampilan-keterampilan karena nantinya akan berujung pada pengalaman.
Jadi pada intinya, untuk belajar filsafat, hal yang paling penting adalah jangan malas untuk membaca, jangan kacau dalam hati (selalu tetapkan do'a) dan jangan pernah lupa dengan Tuhan.
Hidupkan Filsafat, Hidupkan Membaca...

2 komentar: