Berikut hasil wawancara yang saya lakukan dengan beberapa
teman dan kakak saya yang notabenenya sudah menjadi guru Matematika di sekolah.
Wawancara saya lakukan melalui media sosial seperti BBM dan WhatsApp.
1) Farhah
Mardiana, S.Pd.Si (SMP 1 Kledung, Temanggung)
Kondisi sekolah di daerah pinggiran, pegunungan. Ada beberapa
kesulitan yang didapatkan :
·
Siswa jika berbicara keras dan
teriak-teriak sehingga menyulitkan guru untuk mengendalikan, karena mungkin
terbiasa kebiasaan teriak-teriak di sawah.
·
Untuk musim-musim tertentu seperti
sekarang yang musim tembakau, jika malam hari anak-anak suka membantu orang
tuanya bekerja sehingga ketika pagi harinya di sekolah tidak konsentrasi dengan
pembelajaran.
·
Sebagian besar anak tidak mempunyai
niatan untuk belajar. Seperti diibaratkan menuangkan air ke dalam gelas tetapi
gelas dalam keadaan tertutup sehingga tidak ada air yang masuk.
·
Kebiasaan di sana anak-anak sudah mau
sekolah saja itu sudah bersyukur, sudah merupakan anugrah tersendiri bagi guru,
apalagi jika anak sudah mau belajar Matematika.
2) Siti
Maftuchatul ‘Aizah, S.Pd (MTs Mambaul Hikmah, Magelang)
·
Kelas bersifat heterogen (pintar dan
tidak menjadi satu sehingga terkadang masih harus ada pemahaman dasarnya missal
pada materi operasi bilangan belum bisa sehingga jika ingin naik pada materi
selanjutnya ke materi lain misal aljabar harus ngulang terlebih dahulu)
·
Perlu menemukan metode yang pas agar
waktu efekif dan efisien
·
Dalam satu materi kadang membutuhkan
waktu yang terlalu banyak karena perlu mengecek dan mengajari anak satu
persatu.
3) Ahmad
Fauzi, S.Pd.Si (SMP Al Azhar, Yogyakarta)
·
Kemampuan siswa yang berbeda dalam kelas
·
Masalah pada individu-individu siswa
4) Nurhasanudin,
S.Pd.Si (Islamic Boarding School Bina Umat Yogyakarta)
·
Kondisi sekolah yang merupakan ponpes
yang menganjurkan siswa puasa senin kamis, berdampak ketika pembelajaran siswa
mengantuk terutama siswa perempuan
·
Ada kegiatan les Matematika dari kelas 1
dan 2 yang dilaksanakan sore hari.
·
Ketidaksediaan laboratorium Matematika
dan media CD pembelajaran
5) Rif’ati,
S.Pd.Si (SMP 5 Kudus)
·
Karakter dari kebanyakan siswa laki-laki
yang nakal
·
Mindsheet dari guru bahwa nanti saat
kelas akan ujian siswa-siswa akan sadar dengan sendirinya untuk tidak nakal.
6) Maghfiroh,
S.Pd.Si (MTs Ma’arif Pekuncen, Purwokerto)
·
Kesulitan mengatur anak untuk tenang
karena mengajar kelas VII dan beberapa anak masih ada yang rewel
·
Anak-anak aktif, hanya ada beberapa anak
yang kemampuannya masih rendah sehingga masih sulit untuk menyamakan pemahaman
dengan yang sudah faham.
7) Dani
Kurniawan, S.Pd.Si (SMP Al Irsyad, Purwokerto)
·
Manajemen kelas yaitu pengkondisian
kelas yang terkadang masih susah
metode pembelajaran yang digunakan
·
Menangani anak-anak yang trouble maker
(selama ini yang digunakan kontrak belajar yang jelas pada awal pembelajaran
dan tegas dan disiplin dengan anak-anak tersebut yang melanggar peraturan)
·
Menangani anak-anak low (dengan
bimbingan ekstra)
8) Muhammad
Nur Arifin, S.Pd.Si (Muhammadiyah Boarding School, Yogyakarta)
·
Siswa sekarang mudah bosan, disuruh
latihan juga malas-malasan, jadi ketika guru malas mempersiapkan pembelajaran
yang menarik, pembelajaran menjadi kurang efektif.
·
Kondisi fisik siswa yang diajar yaitu di
pondok yang banyak kegiatan (kurang istirahat) mempengaruhi seperti siswa jadi
lemas dan mengantuk ketika belajar.
Dari hasil wawancara di atas ada 3 masalah yang akan saya
coba identifikasi sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Bu Dr.Heri Retnowati
sesuai dengan contoh-contoh yang diberikan pada pertemuan kedua perkuliahan
Metodologi Penelitian Pendidikan.
1. Latar
Belakang
- Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan
Kenyataan
|
Harapan
|
Solusi
|
Siswa
yang malas-malasan ketika disuruh latihan
|
Siswa
tidak cepat merasa bosan dan semangat jika disuruh untuk mengerjakan latihan
atau soal-soal.
|
Penggunaan
metode pembelajaran yang membuat anak ikut aktif dan berpartisipasi seperti
teknik permainan
|
Kegiatan
siswa yang banyak sehingga ketika proses pembelajaran mengantuk
|
Walaupun
siswa banyak kegiatan, itu tidak mempengaruhi proses pembelajaran di dalam
kelas tidak terpengaruh, tidak mengantuk juga
|
|
Beberapa
anak masih rewel sehingga sulit untuk ditangani
|
Anak-anak
fokus dan konsentrasi dalam proses pembelajaran
|
|
Anak-anak
yang notabenenya adalah anak pondok membuat anak terkadang mengantuk di dalam
kelas
|
Pondok
tidak menjadi penghalang anak-anak dalam mengikuti proses pembelajaran
|
2. Latar
Belakang
- Peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran Matematika
Kenyataan
|
Harapan
|
Solusi
|
·
Tidak ada niatan dalam diri siswa
untuk belajar
|
Membuat
siswa benar-benar berniat untuk belajar, tidak harus dipaksa-paksa untuk mau
belajar
|
Mengidentifikasi
motivasi para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pembelajaran
matematika
|
·
Kesadaran untuk bersekolah yang
masih rendah
|
Membuat
siswa mengerti arti pentingnya pendidikan bagi kehidupan sehari-hari di masa
yang akan datang
|
|
·
Adanya anak-anak yang trouble
maker
|
Mengetahui
penyebab anak-anak tersebut menjadi trouble maker dan memotivasi agar
anak-anak tersebut berubah menjadi anak-anak yang lebih baik lagi
|
|
·
Adanya anak-anak low dibandingkan
dengan anak-anak lain.
|
·
Memotivasi dan memberi semangat
agar anak-anak yang low tidak merasa minder dan tetap semangat mengikuti
pembelajaran
|
3. Latar
Belakang
- Pengembangan media pembelajaran
Kenyataan
|
Harapan
|
Solusi
|
Belum
adanya media pembelajaran di sekolah
|
Adanya
media pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran matematika
|
Pengembangan
media pembelajaran seperti CD pembelajaran
|
Karakter
siswa yang suka teriak-teriak di dalam kelas
|
Membuat
anak-anak fokus dengan materi pembelajaran yang diajarkan
|
|
Banyak
anak yang cepat merasa bosan dalam pembelajaran
|
Membuat
anak bersemangat dan tidak cepat merasa bosan dalam proses pembelajaran
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar