Perkuliahan Filsafat Ilmu pada hari
Selasa, 17 November 2015 pukul 11.10 – 12.50 WIB di ruang 305B Gedung Lama
Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta diawali dengan test jawab singkat
kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab antara para pengikut perjalanan
dunia Filsafat Ilmu dengan pemimpin
perjalanan yaitu Bapak Prof. Marsigit. Adapun berbagai pertanyaan yang dapat
saya refleksikan, yaitu:
1. Apakah soal-soal dari test jawab
singkat Filsafat merupakan soal open-ended?
(Nur Afni)
Adanya
soal-soal yang diberikan sebenarnya memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
a.
Mengadakan yang mungkin ada
b.
Memikirkan yang belum terpikirkan
c.
Introspeksi apakah seseorang sudah
benar-benar memahami atau belum
Untuk
dapat menjawab soal-soal tersebut maka diperlukan berbagai sudut pandang (tidak
hanya terbatas pada satu sudut pandang saja). Karena pada hakekatnya manusia
itu multifaset (saling melakukan interaksi) sehingga mendapatkan banyak
pengalaman dengan berbagai sudut pandang yang ada. Jawaban dari soal-soal yang
telah dibuat bersifat Hikon (mewakili dunianya) sehingga hanya para Dewa yang
mampu menjawab dengan baik dan benar semuanya. Sebenarnya hakekat Dewa terdapat
pada beda umur, beda pengalaman, beda dimensi. Seseorang yang dari tidak tahu
menjadi tahupun sebenarnya dia sudah termasuk menjadi dewa bagi dirinya
sendiri. Namun kenyataan yang sering terjadi saat ini adalah kebanyakan orang terhantui
oleh mitos karena mereka tidak faham. Untuk itulah manusia dituntut untuk terus
berfikir agar tidak terjebak pada ruang dan waktu yang gelap sehingga akan
terjebak mitos. Agar dapat menembus ruang dan waktu sesuai komunitasnya maka
yang harus dilakukan oleh seorang dewa adalah melepas baju kedewaannya agar
tidak menakut-nakuti atau menimbulkan kehancuran. Seperti contohnya Bapak
Presden Jokowi yang ingin bertemu dengan sang Dewa yaitu Obama maka beliau
harus memakai jas dan dasi jika hanya menggunakan batik maka beliau hanya akan
dianggap sebagai kaum Tribal. Karena pada kenyataanya batik belum bisa menjadi
universal value (sesuatu yang dipegang powernow). Dalam artian batik belum bisa
menembus dunia internasional (dunia powernow), masih sebatas dunia lokal. Untuk
menjadi universal value maka diperlukan proses dan perjuangan yang lama.
Seperti halnya Fenomena Comte yang tidak bisa dihindari oleh manusia yaitu
tidak semudah itu untuk mengharamkan atau menghilangkan rokok di dunia ini
karena ada para petani tembakau yang menggantungkan hidupnya dari tanaman
tembakau. Kemudian di negara powernow akan sulit untuk menghilangkan senjata karena
di sana terdapat pabrik senjata (senjata dapat digunakan untuk aksesoris,
hadiah, mempertahankan diri). Kembali lagi kepada soal-soal filsafat. Soal-soal
filsafat itu sebenarnya adalah soal yang berstruktur. Terdapat 1001 jawaban
tetapi harus terplih (reduksi) agar manusia dapat memahaminya.
2. Apakah batasan seseorang dapat
dikatakan sebagai sufi? (Atik Lutfi Ulin Ni’mah) bar
Berbicara
mengenai sufi maka kita berbicara pada tingkat spiritual. Seorang sufi itu
sebenarnya mencoba mencarimetode berdoa yang disesuaikan dan dikembalikan
secara otentik sesuai dengan yang dilakukan. Seperti contohnya bagaimana kita
menyakini, bagaimana kita menghormati para Nabi yang kita yakini sesuai ajaran
kita masing-masing yang pada kenyataannya para Nabi tersebut sudah meninggal.
Jika hanya sekedar hormat saja itu baru pada tahapan adab untuk berdo’a. Sesuai
dengan cerita para sahabat pada zaman dahulu. Pada zaman dahulu ketika para
sahabat sedang berkumpul dengan para Nabi, ada salah satu sahabat yang berkata
kepada Nabi, “ Saya ingin mengetahui sebenar-bear dirimu, saya ingin mengetahui
sebenar-benar wajahmu, Wahai Rosululloh”. Rosululloh pun menjawab, “Tengoklah
pada telinga putriku, Fatimah”. Semua sahabat pun menengok dan melihat pada
telinga Fatimah, yang mereka temukan hanya gelap, gelap dan gelap. Namun ada
salah satu sahabat Rosul yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq yang tidak ikut menengok
pada telinga Fatimah. Rosululloh pun menanyainya. Abu Bakar pun menjawab bahwa
dia tidak perlu menengok dan melihat pada telinga Fatimah, setiap hari ketika
tidur, akan tidur, mau makan dan dalam keadaan apapun maka dia akan melihat
wajah Rosululloh sedang, akan dan selalu.
Rosululloh
merupakan murid Malaikat Jibril dan Malaikat Jibril adalah utusan Tuhan. Dari
Tuhan mengalirlah sinar-sinar yang diyakini oleh para ulama sehingga lahirlah
Ahlu Sunnah Waljama’ah. Seperti ibaratnya jika kita ingin mempunyai energi
listrik maka kita tidak perlu datang kepada pembangkit listrik, tidak perlu
melihat matahari secara langsung, cukup kita mencolokkan ke stop kontak yang
ada. Itulah peran para sufi, para ulama sebagai pembawa wasilah (guru spiritual
yang sifatnya tersembunyi). Dunia dan akherat memiliki guru masing-masing untuk
menertibkan, membetulkan dan menyakinkan para manusia. Jadi janganlah berlaku
sombong, mencoba untuk introspeksi diri, berusaha dekat dengan sufi. dengan
para ulama agar kita menjadi orang yang beruntung. Dalam keadaan apapun
berusahalah untuk memohon ampun dan menyebut nama Tuhan karena itulah
setinggi-tinggi spiritual yang dapat dilakukan oleh seorang hamba.
3. Bagaimanakah tanggapan filsafat
mengenai khayalan manusia yang melampau batas kuasa Tuhan? (Tri Rahma Silviani)
Intinya
kendalikan dengan Iman dan Taqwa. Berkaca pada Fenomena Comte, seperti contohnya memiliki HP baru sehingga
menyebabkan lupa waktu ehinggatidak khusyuk di dalam ibadah. Itulah hakekatnya
hidup, jika diekstensikan atau dikembangkan merupakan campuran antara hal
positif dan hal negatif. Jika dinaikkan secara spiritual maka seseorang tidak
akan masuk surge karena masih adanya unsure neraka. Maka itulah jika filsafat
dikaitkan dengan Tuhan itu sebenarnya tidak boleh (harus beristighfar dan
memohon ampun). Maksudnya adalah apabila kita mempertanyakan apakah Tuhan mampu
menciptakan batu besar dimana Tuhan tidak akan mampu untuk mengangkatnya.
Menghadapi pertanyaan seperti itu maka dihentikan saja jangan diteruskan karena
manusia tidak ada yang sempurna. Seperti yang telah dikemukakan oleh Immanuel
Kant bahwa dunia adalah tidak ada awalan. Jika dilihat secara sistematik maka
dunia itu ada awal, secara Filsafat
menganggap dunia tidak ada awalan Secara keyakinan, dunia itu berawalan dan
berakhiran namun hanya Tuhan yang mampu mengawali dan mengakhiri. Sedangkan
jika dilihat dari fikiran manusia dunia tidak berakhir namun ada akhir. Yang
terpenting adalah adanya keimanan pada diri manusia.
Berkaitan dengan Fenomena Comte, Fenomena
Comte adalah mementingkan dunia pada saat itu juga, yang diperlukan untuk
meningkatkan dimensi tetapi mempunyai banyak resiko. Untuk itulah diperlukan
berbagai macam dialog, berbagai macam refleksi, berbagai macam pengalaman untuk
meningkatkan spiritual. Pesan dari Bapak Prof. Marsigit adalah untuk
meningkatkan kualitas komen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar