Titik
merupakan hal yang paling mendasar di dalam suatu bentuk. Ada berbagai macam
definisi dari titik tergantung ruang dan waktu yang ada, tergantung wadah dan
isi dimana kita membicarakan titik tersebut. Diantaranya yaitu :
- Titik adalah objek 0-dimensi artinya menggambarkan objek yang spesifik di dalam ruang yang diberikan, yang tidak melibatkan volume, luas, panjang, atau analog-analog lainnya pada dimensi yang lebih tinggi
- Titik adalah tanda baca yang digunakan untuk menandai akhir dari sebuah kalimat dalam berbagai bahasa.
- Tanda titik digunakan untuk singkatan.
- Tanda titik dgunakan sebagai representasi desimal (Amerika Serikat, Britania Raya dan negara lain yang menuturkan bahasa inggris)
- Dalam dunia komputer, tanda titik sering digunakan sebagai delimiter yang biasa disebut dot.
- Dalam bahasa pemrogaman sebagai bagian penting dari sintaksis.
Tanda
titik baru muncul setelah 40 tahun umat Islam membaca Al-Qur’an tanpa tanda
titik. Proses pembuatan tanda baca dalam Al-Qur’an mempunyai tiga fase.
Pemberian titik dan baris pada mushaf Al Qur’an juga dilakukan dalam tiga fase,
yaitu :
1) Pada
zaman Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan.
Saat itu, Muawiyah menugaskan Abdul
Aswad Ad-dawly untuk meletakkan tanda baca (i'rab) pada tiap kalimat dalam
bentuk titik untuk menghindari kesalahan membaca.
2) Pada
masa Abdul Malik bin Marwan (65 H), khalifah kelima Dinasti Umayyah itu
menugaskan salah seorang gubernur pada masa itu, Al Hajjaj bin Yusuf, untuk
memberikan titik sebagai pembeda antara satu huruf dengan lainnya. Misalnya,
huruf baa' dengan satu titik di bawah, huruf ta dengan dua titik di atas, dan
tsa dengan tiga titik di atas. Pada masa itu, Al Hajjaj minta bantuan kepada
Nashr bin 'Ashim dan Hay bin Ya'mar.Pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan
ini, wilayah kekuasaan Islam telah semakin luas hingga sampai ke Eropa. Karena
kekhawatiran adanya bacaan Alquran bagi umat Islam yang bukan berbahasa Arab,
diperintahkanlah untuk menuliskan Alquran dengan tambahan tanda baca tersebut.
Tujuannya agar adanya keseragaman bacaan Alquran baik bagi umat Islam yang
keturunan Arab ataupun non-Arab ('ajami).
3) Fase
ketiga pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, diberikan tanda baris berupa
dhamah, fathah, kasrah, dan sukun untuk memperindah dan memudahkan umat Islam
dalam membaca Alquran. Pemberian tanda baris ini mengikuti cara pemberian baris
yang telah dilakukan oleh Khalil bin Ahmad Al Farahidy, seorang ensiklopedi
bahasa Arab terkemuka kala itu. Menurut sebuah riwayat, Khalil bin Ahmad juga
yang memberikan tanda hamzah, tasydid, dan ismam pada kalimat-kalimat yang ada.
Kemudian, pada masa Khalifah Al-Makmun, para ulama selanjutnya berijtihad untuk semakin mempermudah orang untuk membaca dan menghafal Alquran, khususnya bagi orang selain Arab, dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa isymam, rum, dan mad.Sebagaimana mereka juga membuat tanda lingkaran bulat sebagai pemisah ayat dan mencantumkan nomor ayat, tanda-tanda wakaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan identitas surah di awal setiap surah yang terdiri atas nama, tempat turun, jumlah ayat, dan jumlah 'ain.
Kemudian, pada masa Khalifah Al-Makmun, para ulama selanjutnya berijtihad untuk semakin mempermudah orang untuk membaca dan menghafal Alquran, khususnya bagi orang selain Arab, dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa isymam, rum, dan mad.Sebagaimana mereka juga membuat tanda lingkaran bulat sebagai pemisah ayat dan mencantumkan nomor ayat, tanda-tanda wakaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan identitas surah di awal setiap surah yang terdiri atas nama, tempat turun, jumlah ayat, dan jumlah 'ain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar